‘’Indonesia sangat rawan terjadinya gempa bumi karena wilayah Indonesia merupakan pertemuan empat lempeng besar di dunia yaitu lempeng Indo Australia, Eurasia, Filipina, dan Pasifik. Di Indonesia gempa bumi interplate banyak terjadi di laut dengan kedalaman dangkal dan yang terjadi di daratan kedalaman fokusnya menengah sampai dalam dan bisa mencapai kedalaman 700 kilometer.’’
BELUM usai derita bangsa Indonesia khususnya akibat korban di Tasikmalaya Cianjur dan sebagian Jawa Barat yang belum mendapat pertolongan dan proses rehabilitasi, kini giliran Pulau Sumatera diguncang gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR). Gempa berpusat di 57 kilometer Barat Laut Pariaman dengan kedalaman 71 kilometer.
Berdasarkan data gempa tersebut, maka gempa yang mengguncang Pulau Sumatera merupakan tertinggi sejak 2 tahun terakhir. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena tergolong gempa dalam, sehingga Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tidak mengeluarkan peringatan dini potensi tsunami.
Getaran akibat gempa tersebut juga dirasakan sampai ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pada 13 September 2007 terjadi gempa di Sumatera dengan kekuatan 7,8 SR, namun tidak ada korban jiwa, hanya merusak bangunan dan gedung saja.
Indonesia Rawan Gempa Bumi
Pada dasarnya gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Gempa yang terjadi di Sumatera pada 30 September 2009 merupakan gempa tektonik akibat dari pergerakan lempeng dan tumbukan antara lempeng Indo Australia dan lempeng Eurasia. Akibat pergerakan lempeng tektonik, maka di sekitar perbatasan lempeng akan terjadi akumulasi energi yang disebabkan baik karena tekanan, regangan ataupun gesekan. Energi yang terakumulasi ini jika melewati batas kemampuan atau ketahanan batuan akan menyebabkan patahnya lapisan batuan tersebut.
Indonesia sangat rawan terjadinya gempa bumi karena wilayah Indonesia merupakan pertemuan empat lempeng besar di dunia yaitu lempeng Indo Australia, Eurasia, Filipina, dan Pasifik. Di Indonesia gempa bumi interplate banyak terjadi di laut dengan kedalaman dangkal dan yang terjadi di daratan kedalaman fokusnya menengah sampai dalam dan bisa mencapai kedalaman 700 kilometer. Sedangkan gempa bumi intraplate di Indonesia mempunyai kedalaman sumber gempa relatif dangkal dan bisa terjadi di darat dan laut.
Gempa bumi yang besar selalu menimbulkan deretan gempa susulan yang biasa disebut dengan aftershock. Kekuatan aftershock selalu lebih kecil dari gempa utama dan waktu berhentinya aftershock bisa mencapai mingguan sampai bulanan tergantung letak, jenis dan besarnya magnitude gempa utama. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan Pasifik di utara Irian dan Maluku Utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik di mana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi.
Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan tergantung pada beberapa hal di antaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan. Selain itu dalam jangka panjang dampak yang ditimbulkan dari getaran gempa bumi Sumatera adalah penurunan permukaan tanah yang bisa berakibat tanah longsor dan juga meningkatkan aktivitas gunung berapi seperti kejadian pada 2006 pada saat gempa bumi meluluh lantakkan Jogjakarta dan sebagian Jawa Tengah memicu aktivitas vulkanik di Gunung Merapi yang akhirnya meletus pada 2009.
Gempa di Jambi
Gempa yang terjadi pada 1 Oktober 2009 dengan kekuatan gempa 7,0 SR di Jambi bukan merupakan gempa susulan dari gempa yang terjadi di Pariaman melainkan gempa utama. Gempa tersebut terjadi di darat dengan kriteria gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer sehingga tidak berpotensi tsunami, namun karena terjadi di darat membawa kerusakan yang cukup parah di daerah pusat gempa yaitu di Sungai Penuh Jambi. Gempa di Jambi merupakan gempa sebagai akibat patahan atau aktifitas sesar permukaan bumi.
Secara teoritis lempeng-lempeng tektonik di dunia saling berkaitan dan terus mengalami pergerakan yang dinamis untuk mencapai kondisi stabil. Jadi apabila satu tempat mengalami kejadian gempa bumi akan menyusul di tempat lainnya. Pada 30 September 2009 gempa dan tsunami juga terjadi di Pasifik Pulau Samoa negara bagian Amerika Serikat.
Potensi Gempa di Riau
Secara historis, letak geografis, topografi, dan kajian teoritis di Riau sendiri tidak terjadi gempa bumi karena tidak dilewati oleh lempeng tektonik dan tidak adanya aktifitas sesar. Namun getaran yang ditimbulkan akibat gempa di pesisir barat Sumatera akan terasa di wilayah Riau yang di tandai dengan skala intensitas getaran gempa dan kerusakan yang ditimbulkan gempa MMI (Modified Mercally Intensity). Jadi bersyukurlah masyarakat Riau karena daerahnya tergolong aman dari bencana gempa bumi. Karena gempa bumi belum dapat diprediksi, maka untuk mengurangi korban akibat bencana gempa bumi selayaknya pemerintah melakukan relokasi masyarakat dan penduduk yang tinggal di daerah rawan gempa bumi dan tsunami yaitu di daerah dengan aktifitas gempa aktif seperti di pesisir barat Sumatera.
Langkah lain yang harus diambil pemerintah adalah membuat konstruksi bangunan yang tahan terhadap getaran gempa, dan menanamkan sejak dini dalam pendidikan anak tingkat sekolah dasar langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh anak-anak apabila sedang menghadapi bahaya gempa bumi karena melihat pengalaman di Sumatera Barat kemarin banyak korban meninggal dunia dari anak-anak terutama usia sekolah dan yang sedang menuntut ilmu di bimbingan belajar.
Fenomena alam yang terjadi terus-menerus itu merupakan salah satu tanda bahwa telah terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Melihat berbagai kerusakan dan bencana alam itu, seringkali kita mengajukan pertanyaan pada diri kita sendiri, apakah yang terjadi dengan alam kita? Mengapa alam tidak lagi bersahabat dan tidak ramah terhadap bangsa Indonesia? Apa yang diinginkan dari Illahi atas bencana yang terjadi terus-menerus di negeri ini? Jawabnya ada pada diri kita sendiri bagaimana memperlakukan alam atau masyarakat bangsa ini sudah jauh dari nilai-nilai agama.(osis BT.IKA)
BELUM usai derita bangsa Indonesia khususnya akibat korban di Tasikmalaya Cianjur dan sebagian Jawa Barat yang belum mendapat pertolongan dan proses rehabilitasi, kini giliran Pulau Sumatera diguncang gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR). Gempa berpusat di 57 kilometer Barat Laut Pariaman dengan kedalaman 71 kilometer.
Berdasarkan data gempa tersebut, maka gempa yang mengguncang Pulau Sumatera merupakan tertinggi sejak 2 tahun terakhir. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena tergolong gempa dalam, sehingga Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tidak mengeluarkan peringatan dini potensi tsunami.
Getaran akibat gempa tersebut juga dirasakan sampai ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pada 13 September 2007 terjadi gempa di Sumatera dengan kekuatan 7,8 SR, namun tidak ada korban jiwa, hanya merusak bangunan dan gedung saja.
Indonesia Rawan Gempa Bumi
Pada dasarnya gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Gempa yang terjadi di Sumatera pada 30 September 2009 merupakan gempa tektonik akibat dari pergerakan lempeng dan tumbukan antara lempeng Indo Australia dan lempeng Eurasia. Akibat pergerakan lempeng tektonik, maka di sekitar perbatasan lempeng akan terjadi akumulasi energi yang disebabkan baik karena tekanan, regangan ataupun gesekan. Energi yang terakumulasi ini jika melewati batas kemampuan atau ketahanan batuan akan menyebabkan patahnya lapisan batuan tersebut.
Indonesia sangat rawan terjadinya gempa bumi karena wilayah Indonesia merupakan pertemuan empat lempeng besar di dunia yaitu lempeng Indo Australia, Eurasia, Filipina, dan Pasifik. Di Indonesia gempa bumi interplate banyak terjadi di laut dengan kedalaman dangkal dan yang terjadi di daratan kedalaman fokusnya menengah sampai dalam dan bisa mencapai kedalaman 700 kilometer. Sedangkan gempa bumi intraplate di Indonesia mempunyai kedalaman sumber gempa relatif dangkal dan bisa terjadi di darat dan laut.
Gempa bumi yang besar selalu menimbulkan deretan gempa susulan yang biasa disebut dengan aftershock. Kekuatan aftershock selalu lebih kecil dari gempa utama dan waktu berhentinya aftershock bisa mencapai mingguan sampai bulanan tergantung letak, jenis dan besarnya magnitude gempa utama. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan Pasifik di utara Irian dan Maluku Utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik di mana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi.
Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan tergantung pada beberapa hal di antaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan. Selain itu dalam jangka panjang dampak yang ditimbulkan dari getaran gempa bumi Sumatera adalah penurunan permukaan tanah yang bisa berakibat tanah longsor dan juga meningkatkan aktivitas gunung berapi seperti kejadian pada 2006 pada saat gempa bumi meluluh lantakkan Jogjakarta dan sebagian Jawa Tengah memicu aktivitas vulkanik di Gunung Merapi yang akhirnya meletus pada 2009.
Gempa di Jambi
Gempa yang terjadi pada 1 Oktober 2009 dengan kekuatan gempa 7,0 SR di Jambi bukan merupakan gempa susulan dari gempa yang terjadi di Pariaman melainkan gempa utama. Gempa tersebut terjadi di darat dengan kriteria gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer sehingga tidak berpotensi tsunami, namun karena terjadi di darat membawa kerusakan yang cukup parah di daerah pusat gempa yaitu di Sungai Penuh Jambi. Gempa di Jambi merupakan gempa sebagai akibat patahan atau aktifitas sesar permukaan bumi.
Secara teoritis lempeng-lempeng tektonik di dunia saling berkaitan dan terus mengalami pergerakan yang dinamis untuk mencapai kondisi stabil. Jadi apabila satu tempat mengalami kejadian gempa bumi akan menyusul di tempat lainnya. Pada 30 September 2009 gempa dan tsunami juga terjadi di Pasifik Pulau Samoa negara bagian Amerika Serikat.
Potensi Gempa di Riau
Secara historis, letak geografis, topografi, dan kajian teoritis di Riau sendiri tidak terjadi gempa bumi karena tidak dilewati oleh lempeng tektonik dan tidak adanya aktifitas sesar. Namun getaran yang ditimbulkan akibat gempa di pesisir barat Sumatera akan terasa di wilayah Riau yang di tandai dengan skala intensitas getaran gempa dan kerusakan yang ditimbulkan gempa MMI (Modified Mercally Intensity). Jadi bersyukurlah masyarakat Riau karena daerahnya tergolong aman dari bencana gempa bumi. Karena gempa bumi belum dapat diprediksi, maka untuk mengurangi korban akibat bencana gempa bumi selayaknya pemerintah melakukan relokasi masyarakat dan penduduk yang tinggal di daerah rawan gempa bumi dan tsunami yaitu di daerah dengan aktifitas gempa aktif seperti di pesisir barat Sumatera.
Langkah lain yang harus diambil pemerintah adalah membuat konstruksi bangunan yang tahan terhadap getaran gempa, dan menanamkan sejak dini dalam pendidikan anak tingkat sekolah dasar langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh anak-anak apabila sedang menghadapi bahaya gempa bumi karena melihat pengalaman di Sumatera Barat kemarin banyak korban meninggal dunia dari anak-anak terutama usia sekolah dan yang sedang menuntut ilmu di bimbingan belajar.
Fenomena alam yang terjadi terus-menerus itu merupakan salah satu tanda bahwa telah terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Melihat berbagai kerusakan dan bencana alam itu, seringkali kita mengajukan pertanyaan pada diri kita sendiri, apakah yang terjadi dengan alam kita? Mengapa alam tidak lagi bersahabat dan tidak ramah terhadap bangsa Indonesia? Apa yang diinginkan dari Illahi atas bencana yang terjadi terus-menerus di negeri ini? Jawabnya ada pada diri kita sendiri bagaimana memperlakukan alam atau masyarakat bangsa ini sudah jauh dari nilai-nilai agama.(osis BT.IKA)
Mudah-mudahan semua korban gempa di sumatra Barat diberikan Kesabaran.
BalasHapus